Ads 468x60px

Senin, 10 Februari 2014

Manufacturing Hope - Dahlan Iskan : Energi untuk Negeri

Pidato Visi Misi pada sesi temu media di depan panitia konvensi Capres Partai Demokrat tanggal 6 Januari 2014 (dan unggul, mengumpulkan lebih dari 70% suara)


Dalam kesempatan ini saya memilih mengemukakan satu bidang saja dari puluhan bidang yang sudah saya siapkan. Yakni bidang energi. Sedang bidang-bidang penting lainnya seperti pertanian, industri, infrastruktur, hukum, korupsi, birokrasi, pembangunan daerah, pengentasan kemiskinan, pendidikan dan masih banyak bidang lain akan saya kemukakan pada kesempatan lain.
Energi bagi sebuah negara ibarat bensin untuk sebuah kendaraan bermotor. Tanpa bensin kendaraan tidak akan bisa bergerak dan berlari kencang. Karena itu banyak negara melakukan kebijakan energi yang sangat mendasar, termasuk di dalamnya melakukan pengamanan energi untuk keperluan sampai 100 tahun ke depan. Bahkan banyak negara yang melakukan pembelian minyak mentah hanya untuk disimpan di dalam tanah dan baru akan dipergunakan kelak kalau-kalau situasi darurat. Mereka melakukan pemikiran penyetokan energi melebihi pemikiran penyetokan akan pangan, antara lain karena pangan tidak bisa disimpan dalam waktu yang panjang.
Di masa lalu kita belum mampu melakukan itu. Antara lain karena prioritas kita memang masih pada tahap memenuhi kebutuhan dasar penduduk Indonesia sepeti pangan, sandang dan papan. Di masa lalu kita belum memiliki kemampuan untuk memikirkan dan melakukan langkah lebih jauh.
Tapi dengan kemajuan ekonomi yang secara konsisten terjadi 10 tahun terakhir, sudah saatnya Indonesia melangkah kepada tahapan baru. Kita sudah hampir bisa memenhi kebutuhan “hari ini”. Kita bukan lagi negara yang masih disibukkan untuk mengatasi persoalan-persoalan “hari ini”. Kita sudah tiba pada tahap untuk mengatasi persoalan hari esok.
Di bidang sosial, kepekaan terhadap problem kemiskinan, terhadap penegakan hukum, terhadap pemberantasan korupsi dan hal-hal lainnya, saya merasa beruntung pernah bertahun-tahun menjadi wartawan. Mulai dari jenjang yang paling bawah sebagai reporter pembantu sampai menjadi wartawan tetap dan kemudian menjadi redaktur dan bahkan pemimpin redaksi. Di bidang ekonomi saya merasa beruntung karena pernah terjun menjadi pengusaha sejak dari pengusaha kecil hingga menjadi pengusaha besar. Dengan demikian saya tidak hanya memahami ekonomi dari teori-teori di permukaan tapi juga memahami persoalan ekonomi riel di lapangan.
Tapi di bidang energi saya merasa sangat beruntung pernah dipercaya oleh bapak Presiden SBY untuk menjadi direktur utama perusahaan listrik negara yang bergitu raksasa. Selama dua tahun saya belajar energi secara all out. Bukan hanya kulit-kulitnya tapi sampai ke persoalan yang sangat mendasar dan sangat dalam. Bahkan sampai ke soal praktek-prakteknya di lapangan. Sampai juga ke soal hulu dan hilirnya. Bukan saja yang terkait dengan listrik seperti massa, solar cell sampai ke geothermal, tapi jga sampai ke persoalan pasok gas, BBM dan seterusnya.
Kita praktis menghadapi persoalan besar di semua sektor energi. Semua harus kita atasi dan kita bangun. Kalau tidak, maka kendaraan kita tidak akan jalan. Maka dalam kesempatan konvensi calon presiden Partai Demokrat hari ini, saya akan mengemukakan persoalan-persoalan kita di berbagai sektor energi dan bagaimana pemecahannya:
1. Bahan Bakar Minyak (BBM):
Impor BBM kita bukan saja luar biasa besar, tapi juga sudah mulai mengganggu perekonomian nasional kita. Sudah sampai mengganggu neraca perdagangan yang menjadi salah satu penyebab terjadinya gejolak ekonomi sekarang ini.
Keterlambatan kita membangun kilang minyak telah menimbulkan bencana bagi keuangan negara. Kita tidak berhasil membangun kilang minyak karena kita tidak ingin kehilangan pemasukan uang ke kas negara. Para investor kilang menginginkan insentive berupa pembebasan pajak dan insentive fiskal lainnya. Ini karena bisnis kilang minyak memang merupakan bisnis yang moalnya luar biasa besar tapi dengan keuntungan yang amat tipis.
Untuk membangun satu kilang minyak yang lengkap sebesar 300.000 barel per hari, diperlukan sekitar USD 7 miliar. Dengan nilai kurs sekarang, ini mencapai sekitar Rp 80 triliun. IRR bisnis kilang sudah diketahui secara universal hanya sekitar 9. Dengan margin yang begitu tipis mustahil ada investor yang tertarik tanpa insentive pemerintah.
Memang kalau insentive itu diberikan pemerintah akan kehilangan potensi pemasukan sebesar Rp 14 triliun. Ini asumsi untuk dua kilang dengan ukuran tersebut di atas. Karena itu seolah-olah bisa dimaklumi kalau kita tidak mau memberikan insentive tersebut. Pemasukan Rp 14 triliun sangat besar.
Namun gara-gara kita “eman” atau “sayang” terhadap nilai Rp 14 triliun tersebut, kita terus-menerus gigit jari. Setiap tahun. Menyesal lagi dan menyesal lagi. Kalau saja kilang tersebut sudah beroperasi 4 tahun lalu, maka negara, selama 4 tahun itu bisa menghemat uang Rp 140 triliun! Inginnya menghemat Rp 14 triliun tapi kehilangan Rp 140 triliun. Dan masih akan terus kehilangan seperti itu. Birokrasi memang tidak diajari ilmu dagang, tapi hitungan seperti itu terlalu nyata untuk dibiarkan begitu saja.
Maka kilang itu wajib dibangun dan akan saya bangun!
2. Blok Migas
Pembangunan kilang tersebut memang belum menjadi solusi yang tuntas. Masih ada persoalan hulu: dari mana pasokan minyak mentahnya. Tentu untuk sementara kita masih impor minyak mentah, tapi kerjasama-kerjasama antar negara bisa dilakukan. Seperti yang sudah mulai dirintis oleh Pertamina dengan Iraq dan Aljazair. Sambil kita terus menggali ladang minyak kita sendiri. Tentu harus dengan perbaikan yang nyata dalam prosesnya yang bisa membuat semua investor tertarik untuk menggalakkan pencarian sumber minyak baru. Saya juga akan terus mendorong kemampuan perusahaan dan ahli-ahli dalam negeri untuk membuktikan bahwa anak-anak bangsa mampu mengusahakan dan mengelola sumber-sumber energi, khususnya dalam menangani blok-blok migas yang ada.
3. Gas Hulu dan Hilir
Kita menyadari sepenuhnya bahwa ke depan potensi gas kita lebih besar dari minyak mentah. Karena itu kebijakan untuk gas kita harus disinkronkan dengan pengamanan energi masa depan bangsa. Jangan sampai kita punya gas, tapi infrastruktur gas tidak tersedia. Padahal di lain pihak kita tidak memiliki sumber minyak yang cukup. Maka tidak menyiapkan gas menjadi lumbung energi masa depan adalah ibarat meninggalkan bom waktu yang sangat berbahaya bagi bangsa ini.
Semua hal yang memerlukan BBM harus diproyeksikan untuk bisa beralih ke gas. Bencana BBM sekarang ini harus menjadi pendorong yang sangat kuat untuk memperkuat infrastruktur gas kita. Mulai dari LNG, mini LNG, CNG laut, CNG darat, pipa trans Indonesia termasuk trans Jawa Sumatera, jaringan pipa distribusi ke rumah-rumah dan industri harus menjadi bidang pokok kebijakan energi ke depan. Kita sudah terbelengguoleh BBM selama bertahun-tehun dan kita tidak mau lagi tetap terbelenggu oleh penjajahan BBM. Sudah cukup kita dijajah BBM dan kita harus membebaskan diri penjajahan BBM itu.
4. Listrik
PLN saat ini sudah menjadi perusahaan raksasa yang terlalu besar untk sebuah team manajemen. Sebuah team manajemen memiliki keterbatasan dalam menghandle sebuah organisasi. Organisasi PLN saat ini sudah berada di luar kemampuan sebuah manajemen yang selama ini ada. Terutama karena PLN bukanlah perusahaan yang bisa menjalankan prinsip-prinsip korporasi normal.
Karena itu kalau tidak diadakan perusahan yang mendasar maka tugas melistriki wilayah Indonesia secara keseluruhan tidak akan mungkin bisa dilaksanakan. Listrik hanya akan terus mementingkan wilayah-wilayah yang secara ekonomi sudah maju. Daerah-daerah terisolasi, pulau-pulau kecil dan wilayah-wilayah jauh akan terus tertinggal.
Karena itu saya akan mendirikan “PLN Baru”. Khusus untuk menangani wilayah-wilayah terisolasi. Juga untuk menerima sebagian pelimpahan dari wilayah PLN yang berada di daerah-daerah terisolasi. Saya akan mengembangkan bio masa secara besar-besaran dan tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Mengapa bio masa? Bukan solar cell? Bukan batubara? Bukan yang lain-lain? Ini karena saya akan memadukan program melistriki wilayah-wilayah terisolasi tersebut sekalian dengan program pengentasan kemiskinan. Penduduk kita rangsang untuk menanam tanaman cepat tumbuh untuk dijual ke “PLN Baru”. Itu akan digunakan untuk bahan bakar. Bahan bakarnya tidak perlu didatangkan dari wilayah lain. Listriknya untuk penduduk setempat. Ini program terpadu yang akan berbeda kalau kita membangun solar cell yang serba impor, atau batubara yang memeiliki kelemahan skala ekonominya.
Saya juga akan mempertimbangkan kembali usul yang pernah saya sampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR ketika saya masih menjabat Dirut PLN. Yakni menggratiskan listrik untuk penduduk miskin yang menggunakan listriknya hanya 200 watt.
5. Batubara
Sebagai konsekwensi terhadap kebijakanketahanan energi jangka panjang, maka saya akan mencadangkan sejumlah wilayah batubara kita untuk kepentingan energi dalam negeri. Kita tidak bisa lagi melepaskan batubara sebagai komoditi yang sangat merugikan ketahanan energi daam negeri. Harus ada pencadangan wilayah batu bara untuk kepentingan 100 tahun energi kita terutama energi listrik.
Kita sudah terlalu lama malu mendengar omongan di masyarakat bahwa batubara kita berhasil membuat kota-kota besar di luar negeri terang-benderang tapi di dalam negeri terjadi kegelapan yang kelam.
6. Geothermal
Kita memiliki potensi geothermal 25.000 MW. Tapi setiap tahun kita hanya terus berbicara potensi itu. Sampai hari ini kita baru punya geothermal sekitar 1.500 MW. Begitu kita sia-siakan potensi green energi tersebut.
Terobosan yang mendasar harus dilakukan. Pertamina harus melakukan retsrukturisasi internalnya untuk lebih mencurahkan potensinya untuk mewujudkan cita-cita menjadi produsen green energi geothermal terbesar di dunia.
Aturan-aturan geothermal juga harus diubah.
Tapi yang sangat penting adalah negara harus turun tangan untuk menjadi penentu pemecahannya. Caranya tidak sulit. Negara menyediakan APBN Rp 500 miliar untuk melakukan penggalian pertama geothermal di seluruh Indonesia. Uang itu tidak akan hilang. Setelah pemerintah berhasil melakukan pengeboran, barulah sumur geothermal tersebut dijual kepada investor. BUMN atau swasta. Begitulah terus menerus bergulir.
Dengan modal yang hanya Rp 500 miliar, itu pun uangnya tidak hilang, Indonsia akan menjadi negara terbesar di dunia dalam green energi geothermal. Dan lagi kita bisa menghemat uang negara raturan triliun rupiah karena kita bisa mendapatkan sumber lustrik yang green, murah dan stabil untuk jangka yang panjang.
Itulah tujuh hal penting yang perlu saya sampaikan. tentu masih banyak bidang energi lainnya yang harus saya kerjakan, tapi mengingat waktu penyampaian ini terbatas, akan saya sampaikan dalam kesempatan lain. ***

Dahlan Iskan
Peserta Konvensi Capres Partai Demokrat
 

1 komentar:

Posting Komentar

Kontributor

Baca juga

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...